Saturday, March 10, 2018

TEKNIK-TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Akuntansi merupakan aktivitas jasa untuk meyediakan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. Pada sektor publik pengambilan keputusan terkait dengan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Pada dasarnya akuntansi baik pada sektor swasta maupun pada sektor publik, dibagi menjadi dua bagian, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu prinsip, metode, dan teknik pencatatan dan pengorganisasian data keuangan atas operasi/kegiatan suatu entitas untuk menghasilkan dan memberikan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang rasional. Ruang lingkup akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data, penganalisaan, pengklasifikasian, pencatatan, dan pelaporan atas transaksi keuangan pemerintah sebagai suatu entitas serta penafsiran terhadap hasil – hasilnya.

Beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh sektor publik adalah akuntansi anggaran, akuntansi komitmen, akuntansi dana, akuntansi kas, dan akuntansi accrual. Pada dasarnya kelima teknik tersebut tidak bersifat mutually exclusive. Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut tidak menolak penggunaan teknik yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat menggunakan teknik akuntansi yang berbeda-beda, maupun menggunakan kelima teknik tersebut secara bersama-sama (Jones and Pendlebury, 2000). Isu yang muncul dan menjadi perdebatan dalam reformasi akuntansi sektor publik di Indonesia adalah perubahan single entry menjadi double entry bookkeeping dan perubahan teknik atau sistem akuntansi berbasis kas menjadi berbasis accrual.
Single entry pada awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan dengan alasan utama demi kemudahan dan kepraktisan. Seiring dengan semakin tingginya tuntutan pewujudan good public governance, perubahan tersebut dipandang sebagai solusi yang mendesak untuk diterapkan karena pengaplikasian double entry dapat menghasilkan laporan keuangan yang auditable. Cash basis mempunyai kelebihan antara lain mencerminkan informasi yang riil dan obyektif. Sedangkan kelemahannya antara lain kurang mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.
Teknik akuntansi berbasis accrual dinilai dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih komprehensif dan relevan untuk pengambilan keputusan. Pengaplikasian accrual basis lebih ditujukan pada penentuan biaya layanan dan harga yang dibebankan kepada publik, sehingga memungkinkan pemerintah menyediakan layanan publik yang optimal dan sustainable. Pengaplikasian accrual basis memberikan gambaran kondisi keuangan secara menyeluruh (full picture), yang meliputi manajemen sumber daya (resource management) dan manajemen utang (liability management), dan menyediakan indikasi kekuatan fiskal jangka panjang dalam reformasi manajemen keuangan dan reformasi manajemen lainnya (Mellor, 1996).
Penekanan penggunaan accrual basis juga disyaratkan dalam GASB (1999) dan diterapkan bersama-sama dengan asumsi dasar lainnya seperti going concern, consistency of presentation, materiality and aggregation untuk mewujudkan comparative information (IFAC, 2000). Namun demikian, accrual accounting mempunyai beberapa kelemahan antara lain penilaian dan revaluasi aset yang didasarkan atas taksiran dan penggunaan estimasi dalam penghitungan depresiasi (Conn, 1996). Beberapa negara telah mereformasi akuntansi sektor publik mereka, terutama perubahan dari cash basis menjadi accrual basis.
Sistem akuntansi yang dirancang dan di jalankan secara baik akan menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang baik saja berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Dalam RMK ini akan dibahas mengenai teknik-teknik akuntansi yang terdiri atas akuntansi anggaran (budgetary accounting), dan akuntansi komitmen (commitment accounting), akuntansi dana (fund accounting), akuntansi kas (cash accounting), dan akuntansi akrual (accrual accounting).

A.       Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi merupakan suatu disiplin ilmu yang terus menerus berkembang. Sejalan dengan makin meningkatnya kebutuhan informasi dari satu-satuan ekonomi, informasi yang dihasilkan akuntansi sangat berguna bagi pengambilan keputusan diantara bebagai alternatif. Pemerintah sebagai bentuk organisasi non-profit, memerlukan informasi akuntansi untuk menyerahkan persoalan-persoalan akuntansi yang terjadi dalam lingkungan pemerintahannya. Penyelenggaraan akuntansi pemerintah bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan mengenai pemerintah disemua tingkatan dan unit kerja yang ada.
Akuntansi sektor publik adalah mekanisme teknik dan analisa akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek  kerjasama sektor publik dan swasta.[1]
Akuntansi sektor publik tujuan utama organisasi bukan untuk memaksimumkan laba tetapi memberikan layanan publik (public service)[2]. Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyedia informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik[3]

B.       Kebijakan Akuntansi (Accounting Policies)
Dalam IPSAS (internasional public sector accounting standart ) NO. 1 paragraf 37 disebutkan bahwa manajemen harus memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi entitas dan meyakinkan bahwa laporan keuangan telah memberikan informasi sebagai berikut :
1.      Relevan dengan pengambilan keputusan bagi para pemakai. Informasi yang relevan harus mempunyai seperangkat standar yang jelas dengan tujuan akuntansi dan berlandaskan pada konsep-konsep yang jelas serta dapat diterima umum.
2.      Reliabel (dapat dipercaya) yang berarti informasi harus :
a.      disajikan secara cepat dalam hal kinerja dan posisi keuangan entitas,
b.      mencerminkan substansi ekonomi atas kejadian-kejadian dan transaksi-transaksi dan tidak hanya bentuk formalitasnya,
c.       netral yang berarti bebas dari bias dan kesalahan,
d.      kehati-hatian (prudent), dan
e.       lengkap dalam semua hal yang material.

C.       Karakteristik laporan keuangan
Selanjutnya, lampiran IPSAS No. 1 menyajikan karakteristik kualitatif agar laporan keuangan menjadi informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan. Karakteristik kualitatif tersebut adalah understandability, relevance, reliability, and comparability
Dapat dimengerti (Understandability)
Informasi harus dapat dimengerti oleh para pemakai laporan keuangan. Dengan demikian, para pemakai laporan keuangan diharapkan dapat dimengerti atau memahami artinya. Untuk tujuan ini, para pemakailaporan keuangan diasumsikan mempunyai pengetahuan atas aktivitas dan lingkungan entitas yang beroperasi dan mau mempelajari informasi tersebut.
Relevance
Informasi harus relevan bagi para pemakai laporan keuangan sehingga informasi dapat digunakan untuk mengevaluasi masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan dating. Informasi yang relevan adalah informasi yang disajikan tepat waktu.
Materiality
Informasi yang relevan dipengaruhi oleh sifat dan materialnya. Informasi dikatakan material jika salah saji laporan keuangan dapat mepengaruhi pengambilan keputusan bagi para pemakai laporan keuangan.
Reliability
Informasi yang reliabel (dapat dipercaya) adalah informasi yang bebas dari bias dan kesalahan material.
Faithul Representation
Informasi yang mengenai transaksi atau kejadian lainnya secara tepat harus disajikan sesuai dengan substansi transaksi dan kejadian lainnya, serta tidak hanya bentuk formalitasnya saja.
Substance Over Form
Informasi akuntansi disajikan secara jujur atas transaksi dan kejadian yang harusnya disajikan. Transaksi atau kejadian tersebut disajikan sesuai dengan substansinya dan realitas ekonomi, bukan hany mengikuti aspek formalitasnya saja. Substansi transaksi dan kejadian lainnya tidak selalu konsisten dengan aspek formalitasnya.
Neutrality
Informasi yang netral adalah informasi yang bebas dari bias. Laporan keuangan dikatakan tidak netral jika informasinya telah dipilih dan dirancang untuk memengaruhi pengambilan keputusan agar dapat mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Prudence
Kehati-hatian meruoakan pelaksanaan pertimbangan yang memerlukan pembuatan estimasi menurut kondisi ketidakpastian, seperti aktiva dan pendapatan yang tidak dinilai terlalu tinggi (overstated) dan kewajiban atau beban yang tidak dinilai terlalu rendah (understated).
Completeness
Informasi laporan keungan harus disajikan secara lengkap dengan batas materialitas dan biaya.
Comparability
Informasi dalam laporan keuangan dapat diperbandingkan ketika para pemakai laporan keuangan mampu mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan antara informasi tersebut dan informasi laporan lainnya. Perbandingan tersebut meliputi :
a.         Perbandingan laporan keuangan dengan entitas yang berbeda dan
b.         Perbandingan laporan keuangan atas periode waktu yang sama.

D.       Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi
a.      Prinsip biaya historis, biaya (cost) memiliki keunggulan dan lebih dapat diandalkan dari pada penilaian lainnya.
b.     Prinsip pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui jika telah direalisasi atau dapat direalisasi dan telah dihasilkan. Pendekatan ini sering dipandang sebagai prinsip pengakuan pendapatan.
c.      Prinsip penandingan (matching concept) menyatakan bahwa beban dibandingkan dengan pencapaian (pendapatan) merupakan hal yang rasional dan dapat diterapkan.
d.     Prinsip pengukuran penuh berarti harus memberikan informasi yang mencukupi untuk memengaruhi penilaian dan keputusan pemakai. Prinsip ini disebut dengan full disclosure (pengunkapan penuh) dan mencerminkan trade off penilaian, yaitu informasi harus dapat memengaruhi keputusan pemakai dan informasi harus dapat di pahami dengan memadatkan penyajian.

E.       TEKNIK-TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh sektor publik, yaitu:
1.         Akuntansi Anggaran
2.         Akuntansi Komitment
3.         Akuntansi Dana
4.         Akuntansi Kas
5.         Akuntansi Akrual
Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak bersifat mutually exclusive. Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut tidak berarti menolak penggunaan teknik yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat menggunakan teknik akuntansi yang berbeda-beda, bahkan dapat menggunakan kelima teknik tersebut secara bersama-sama.
Akuntansi kas, akuntansi akrual, dan akuntansi komitmen satu dengan yang lainnya karena adanya pernedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam hal pengakuan pendapatan, pada dasarnya terdapat dua langkah yang mempengaruhi pencatatan, yaitu pada saat barang dikirim dan faktur dikeluarkan, dan pada saat barang dikirim dan faktur dibayar.
1.      Akuntansi Anggaran
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah yang dianggarkan dengan jumlah aktual dan dicatat secara berpasangan (double entry). Akuntansi anggaran merupakan praktik akuntansi yang banyak digunakan organisasi sektor publik, khususnya pemerintah, yang mencatat dan menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggarannya. Jumlah belanja yang dianggarkan dikreditkan terhadap akun yang sesuai kemudian apabila belanja tersebut direalisasikan, maka akun tersebut didebit kembali. Saldo yang ada dengan demikian menunjukan jumlan anggaran yang belum dibelanjakan. Teknik akuntansi anggaran dapat membandingkan secara sistematik dan kontinyu jumlah anggaran dengan realisasi anggaran. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menekan peran anggaran dalam siklus perencanaan, pengendalian, dan akuntabilitas.[4]
Alasan yang melatarbelakangi teknik akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran dan realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi apabila terdapat varians (selisih). Namun, akuntansi anggaran lebih menekankan pada bentuk dari akun-akun keuangan bukan ini (content) dari akun itu sendiri.
Salah satu kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah bahwa teknik ini sangat kompleks. Akan lebih mudah dan lebih komprehensif apabila akun-akun yang ada menunjukan pendapatan dan biaya aktual, dan anggaran menunjukan pendapatan dan biaya dianggarkan.
Ide dibalik akuntansi anggaran ini adalah untuk kemudahan. Kesulitan biasanya muncul karena organisasi yang berbeda biasanya mengadopsi format pelaporan yang berbeda pula. Hal ini disebabkan oleh suatu fakta bahwa perbedaan intrinstik antara jasa yang diberikan dalam organisasi yang berbeda telah tercermin dalam anggaran mereka.
Hasil yang lebih bermakna dapat diperoleh dengan membuat akun-akun anggaran yang diklasifikasikan dengan cara tertentu yang spesifik terhadap jasa tertentu namun hal ini menyebabkan ketidakseragaman dalam format akuntansi anggaran. Ada masalah signifikan bahwa organisasi yang berjenis sama dan memberikan jasa yang sama mungkin memiliki perlakuan yang berbeda walaupun akuntansi anggaran telah diadopsi oleh mereka. Hal ini timbul karena ada dua masalah, yaitu :
a.       Level agregasi
Contoh yang baik di mana level agregasi yang diadopsi oleh akun-akun anggaran mempengaruhi daya bandingnya ada di pemerintah daerah. Satu otoritas mungkin menerbitkan akun-akun anggarannya untuk jasa pendidikan secara keseluruhan.
Kekurangan lain dari akuntansi anggaran terletak pada seberapa sering. atau seberapa intensifkah laporan keuangan membandingkan antara anggaran dengan yang aktual terjadi dan menjelaskan perbedaannya. Banyak organisasi yang membuat akun-akun anggaran seiring dengan anggaran namun hanya membandingakan dua diantaranya secara global. Contoh, akun-akun dan anggaran mungkin saja dibuat secara detail tetapi hanya total pembelanjaan bersih untuk setiap divisi yang memberikan jasa tersebut saja yang dibandingkan dengan anggaran, menunjukan apakah ada pembelanjaan yang kurang atau berlebih untuk semua akun, namun hanya untuk menjelaskan perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang jumlahnya melebihi presentase atas anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya namun tidak dapat dijelaskan oleh perubahan tingkat harga umum.
b.      Logika dari akuntansi anggaran
Logika dari akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran dan akun-akun harus dibandingkan secara berkesinambungan sehingga tindakan dapat diambil untuk memperbaiki perbedaan tersebut. Hal ini berlaku bagi pengguna eksternal dan internal dari informasi. Dengan melaporkan hanya dua kolom ( anggaran dan aktual saja), tidak hanya tujuan utama dari akuntansi anggaran ini saja yang tidak dapat tercapai, melainkan akan memerlukan banyak waktu untuk menjawab pertanyaana pengguna yang spesifik atas perbedaan yang dapat di hindarkan apabila akun-akun itu sendiri telah menyediakan analisis yang releven.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa akuntansi anggaran lebih berfokus pada bentuk akunnya dari pada isinya.
2.      Anggaran Komitmen
Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada saat faktur diterima dan mengakui pendapatan ketika faktur dikeluarkan. Akuntansi komitmen dapat digunakan bersama-sama dengan akuntansi kas atau akuntansi akrual. Akuntansi komitmen terkadang hanya menjadi subsistem dari sistem akuntansi utama yang dipakai organisasi. Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi melakukan transaksi tersebut. Hal ini berarti bahwa transaksi tidak diakui ketika kas telah dibayarkan atau diterima, tidak juga ketika faktur diterima atau dikeluarkan, akan tetapi pada waktu yang lebih awal, yaitu ketika order dikeluarkan atau diterima.
Sebagai contoh, misalnya manajer memesan 100 kotak kapur tulis. Manajer ini telah menentukan pemasok mana yang akan dipilih dan harga sekarang dari kapur ini, misalnya  adalah Rp. 5000 per kotak. Ketika pesanan dibuat dan dikirimkan kepada pemasok untuk 100 kotak kapur dengan harga Rp. 5000 per kotaknya, manejer mendebit beban. Ada bermacam-macam faktor yang mempengaruhi jumlah dari faktur yang kemudian akan diterima, seperti mislanya pemasok tidak memilki 100 kotak kapur, harga yang kemudian berubah atau asumsi harga yang salah dari manager. Maka kreditnya tidak menuju pada pemasok ( bukan utang atau kas yang diberikan kepada pemasok) namun pada akun pemesanan sebagai berikut :

Kapur                                               500.000
Pesanan kepada pemasok             500.000
Ketika faktur atas kapur tersebut sudah diterima, maka jurnalnya menjadi :
Pesanan kepada pemasok               500.000
                                                Utang kepada pemasok                   500.000
Kalau barang yang dikirimkan atau jumlah fakturnya lebih atau kurang dari jumlah yang dicatat dalam suatu pesanan, jurnal koreksi harus dibuat, misalnya ternyata harga kapur tersebut bukan Rpp.5000, tetapi Rp 5.500, maka jurnlanya sebagai berikut :
Pesanan kepada pemasok              500.000
Kapur                                                 50.000
Utang kepada pemasok                   550.000
Dengan menggunakan sistem ini, organisasi mengakui pesanan sebagai komitmen untuk menimbulkan pengeluaran dan akun ini mencatat komimen secara berkesinambungan.
Tujuan utama dari akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran. Agar manajer dapat mengendalikan anggaran, ia perlu mengetahui berapa besar anggaran yang telah dilaksanakan atau digunakan jika dihitung berdasarkan order yang telah dikeluarkan. Dengan menerima atas faktur yang diterima atau dibayarkan, ia dapat dengan mudah menghabiskan anggaran (overcommit). Tentu saja manajer yang teliti akan tahu bahwa akun-akun tidak memasukkan order yang dikeluarkan yang mana faktur belum diterima dan oleh karena itu ia membuat catatan sendiri agar ia tidak melakukan pemborosan anggaran (over-commit the budget). Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima yang terkait dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan.
Meskipun akuntansi komitment dapat memperbaiki pengendalian terhadap anggaran, namun terdapat masalah dalam akun-akun keuangan. Akun yang dicatat hanya didukung oleh order yang dikeluarkan. Pada umumnya tidak ada kewajiban hukum (legal liability) untuk patuh terhadap order yang terjadi dan order tersebut dapat dengan mudah dibatalkan. Hal ini menjadikan sulit untuk mengakui biaya-biaya untuk periode akuntansi yang bersangkutan yang mana hanya mendasarkan pada order yang dikeluarkan.
3.      Akuntansi Dana (Fund Accounting)
Pada organisasi sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumberdana dan alokasi dana. Penggunaan dana peran anggaran sangat penting dalam organisasi sektor publik. Dalam tahap awal perkembangan akuntansi dana, pengertian “dana (fund)” dimaknai sebagai dana kas (cash fund). Tiap-tiap dana tersebut harus ditempatkan pada klaci (cash drawer) secara terpisah; beberapa tagihan harus diambilkan dari satu laci dan tagihan lain dari laci yang lainnya. Namun saat ini, “dana” dimaknai sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah, termasuk sumber daya non’kas dan utang diperhitungkan di dalamnya.
Teori akuntansi dana pada awalnya dikembangkan oleh Vatter (1974) untuk tujuan organisasi bisnis. Pada waktu itu ia melihat bahwa antara perusahaan pribadi dengan perusahaan badan memiliki beberapa kelemahan. Dimana kelemahan tersebut adalah, pertama perusahaan perorangan (milik pribadi) kurang menguntungkan dibanding dengan perusahaan yang dimiliki publik (perseroan terbatas). Kedua, adanya kesalahan dalam memahami makna entitas. Berdasarkan kedua kelemahan tersebut Vatter berpendapat bahwa reporting unit harus diperlakukan sebagai dana  (fund) dan organisasi harus dilihat sebagai satu dana atau satu rangkaian dana. Hal ini berarti jika suatu organisasi dilihat sebagai suatu rangkaian dana (series of fund), maka laporan keuangan organisasi tersebut merupakan penggabungan (konsolidasi) dari laporan keuangan daba yang menjadi bagian organisasi.
Sistem akuntansi pemerintah yang dilakukan dengan menggunakan konsep dana, memperlakukan suatu unit kerja sebagai entitas akuntansi (accounting entity) dan entitas anngaran (buget entity) yang berdiri sendiri. Penggunaan akuntansi dana merupakan salah satu perbedaan utama antara akuntansi pemerintahan dengan akuntansi bisnis. Sistem akuntansi dana dubuat untuk memastikan bahwa uang publik dibelanjakan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Dana dapat dikeluarkan apabila terdapat otorisasi dari dewan legislatif, atau karena tuntutan peraturan perundangan. Sistem akuntansi dana adalah metoda akuntansi yang menekankan pada pelaporan permanfaatan dana, bukan pelaporan organisasi itu sendiri.
Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu:
a.         Dana yang dapat dibelanjakan (expendablefund): digunakan untuk mencatat nilai aktiva utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi dana ini digunakan pada organisasi pemerintahan (governmental funds).
b.         Dana yang tidak dapat dibelanjakan (nonexpendablefund): untuk mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifat mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi bisnis (proprietaryfunds).
4.         Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan  cash basis adalah mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil dan objektif. Namun demikian, GAAP tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar kas karena tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat diukur dengan baik. Sebagi contoh, penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai pendapatan (revenue) bukan sebagai utang. Untuk mengoreksi hal tersebut, kebanyakan sistem akuntansi kas tidak hanya mengakui kas saja, akan tetapi juga aktiva dan utang yang timbul sebelum terjadi transasksi kas. Namun demikian, koreksi semacam ini tidak dapat mengubah kenyataan bahwa pada setiap waktu, obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order pembelian yang dikeluarkan tidak tampak dalam catatan akuntansi. Konsekuensinya adalah saldo yang tercatat akan dicatat lebih (overstated). Hal tersebut dapat menyebabkam pemborosan anggaran (unwise expenditure atau overspending).
5.         Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik dari pada akuntansi kas. Teknik akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Basis akrual diterapkan agak berbeda antara proprietaryfund (full accrual) dengan governmental fund (modifiet accrual) karena biaya (expense) diukur dalam proprietary fund, sedangkan expenditure difokusnya pada general fund. Expense adalah jumlah sumber daya yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi. Karena governmental fund tidak memiliki catatan modal dan utang (dicatat atau dikategorikan dalam aktiva tetap dan utang jangka panjang), expenditure yang diukur bukan expense.
Berbeda dengan governmental fund, yang menjadi kepentingan proprietary fund dan juga organisasi bisnis adalah net income. Full accrual accounting digunakan untuk mencatat revenue ketika diperoleh (earnet) dan biaya (expense) pada saat terjadi (incurred). Dengan kata lain, biaya dicatat ketika utang terjdadi tanpa memandang kapan pembayaran dilakukan.
Pada governmental fund, hendaknya digunakan modofiet accrual basis. Expenditure di-accued, tetapi revenue dicatat berdasarkan kas basis, yaitu pada saat diterima, bukan ketika diperoleh. Pendapatan seperti PPN, PPH, dan fee (retrtibusi) dihitung pada saat diterima kasnya. Salah satu pengecualian adalah property tax (PBB) yang di-accrued karena jumlahnya dapat diestimasi secara lebih pasti.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah untuk menentukan cost of services dan charging for services, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik. Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta yang digunakan untuk mengetahui dan membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan (proper macthing cost againts revenue). Perbedaan ini disebabkan karena pada sektor swasta oreintasi lebih difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit oriented), sedangkan dalam sektor publik orientasi difokuskan pada optimalisasi pelayan publik (public service oriented).
Perbedaan anatara akuntansi berbasis kas dengan akuntansi berbasis akrual dapat dilihat sebagai berikut:
a.       Basis Kas                    : Penerimaan Kas - Pengeluaran Kas = Perubahan Kas.
b.      Basis Akrual              : Pendapatan (income) - Biaya-Biaya = Rugi atau  Laba(surplus/devisit).
c.       Pendapatan (income): penerimaan kas selama satu periode akuntansi – Saldo Awal Piutang + Saldo Akhir Piutang.
d.      Biaya                          : kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi – Saldo Awal Utang + Saldo Akhir Utang.
Akuntansi berbasis akrual membedakan antara penerimaan kas dan hak untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan kewajiban untuk membayarkan kas. Oleh karena itu, dengan sistem akrual pendapatan dan biaya diakui pada saat diperoleh (earned) atau terjadi (incurred), tanpa memandang apakah kas sudah diterima atau dikeluarkan.
Beberapa negara telah mereformasi akuntansi sektor publik dilingkungan mereka, terutama perubahan dari cash basis menjadi accrual basis. Newzealand merupakan contoh negara yang sukses menerapkan sistem accrual basis yang sudah dilakukan sejak tahun 1991. Sistem akuntansi yang diterapkan di negara ini telah mampu memberikan kontribusi yang besar dalam menghasilkan informasi yang lebih komprehensif dibandingkan dengan sistem cash basis dalam hal kuantitas dan kualitasnya. Tujuan pengenalan accrual basis ini adalah untuk memfasilitasi transparansi yang lebih besar pada organisasi pemerintah dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Sementara itu, beberapa negara Uni Eropa lainya masih mengendalikan pengeluarannya dengan menggunakan cash basis.
Namun, beberapa kasus menunjukan bahwa reformasi ke arah accrual basis ternyata tidak seluruhnya menjamin keberhasilan. Kasus yang terjadi di Italia menunjukkan bahwa pengenalan terhadap accrual basis memberikan kontribusi yang kurang signifikan terhadap transparansi, efisiensi, dan efektivitas organisasi publik di negara tersebut. Perubahan dari cash basis menjadi accrual basis memang tidak dapat dilakukan secara terburu-buru. Perlu analisis yang mendalam dan kompleks terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya, salah satunya adalah faktor sosiologi masyarakat negara tersebut (Yamamoto, 1997).

Single Entry dan Double Entry
Single entry pada awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan dengan alasan utama demi kemudahan dan kepraktisan. Seiring dengan semakin tingginya tuntunan diciptakannya good governance yang berarti tuntunan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan organisasi sektor publik, perubahan dari sistem single entry meenjadi double entry dipandang sebagai solusi yang mendesak untuk diterapkan. Hal tersebut dikarenakan penggunaan single entry tidak dapat memberikan informasi yang komprehensif dan mencerminkan kinerja sesungguhnya. Single entry memang relatif mudah dan sederhana, akan tetapi alasan semi kemudahan dan kepraktisan menjadi tidak relevan lagi.
Sementara itu, pengaplikasian pencatatan transaksi dengan sistem double entry ditujukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang auditable dan traceable. Kedua hal ini merupakan faktor utama untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Dengan sistem double entry, maka dapat dilakukan pengukuran kinerja secara lebih tepat.
Sistem pencatatan Triple Entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran.  Jadi, sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, PPK SKPD maupun bagian keuangan atau SKPKD juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran, sehingga pencatatan tersebut akan berefek pada sisa anggaran. 




[1] Indra Bastian, Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2005). Hlm.5 dan seterusnya
[2] Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, (Yogyakarta : ANDI, 2002). Hlm. 20
[3] Mardiasmo, op, cit., hlm.14
[4] Deddi nordiawan,’’ akuntansi sektor publik’’, salemba empat, jakarta 2008 hlm 102-104

0 comments:

Post a Comment

 

Blognya Alviana Anugrah Template by Ipietoon Cute Blog Design